Magelang, Lentera – Bencana banjir yang terjadi beberapa waktu lalu telah menggugah ide KARINA KAS membentuk Tim Rescue (Penyelamat) untuk menangani para korban bencana alam tersebut.
Selama 3 hari, mulai Kamis (22/5) hingga Sabtu (24/5) diadakan Training Water Rescue bertempat di Youth Center, Salam Magelang dan Sungai Ello. Peserta pelatihan ini adalah perwakilan dari beberapa paroki yang diundang. Paroki Sragen mengirimkan perwakilannya 8 orang (Yeni, Maria, Giarto, Yayan, Eko, Endarto, Widoyo, Budi).
Adapun Tim Rescue yang dilatih ini diberi nama RET (Respons Emergency Tim). Dari 41 peserta termasuk Romo Agung, Romo Banu dan 1 wartawan Kompas, dibagi lagi menjadi 7 kelompok.
Malam hari para peserta mendapatkan teori rafting (Arung jeram) dan besok harinya harus mensimulasikannya. Kolam ikan Youth Center menjadi tempat simulasi yang pertama. Laju perahu dan kibasan dayung membuat ikan jadi stres, seperti rasa takut yang ada dalam diri para peserta karena siangnya akan melakukan itu di Sungai Ello. Pelampung, helm, dayung sudah dipakai, namun rasa takut itu benar-benar terjadi di mereka harus telentang mengikuti arus menuju perahu yang menunggu sekitar 100 meter. Bukan cuma air yang harus dihadapi tetapi batu-batu besar juga menjadi lawan buat kaki dan pantat. Sejauh 12 Km peserta harus mengarunginya setiap hari.
Setelah naik perahu, mereka mulai mendayung menuju hilir. Beberapa jeram telah dilewati dan ketakutan pun makin besar saat harus mensimulasikan flip (membalikkan perahu) karena semua awak dan isi perahu terlempar ke air yang pasti membuat mereka minum air. Perahu terbalik di jeram yang arusnya deras dan tersangkut di batu ataup pohon tumbang merupakan tantangan yang beberapa kali harus dialami.
Tapi tidak semua perjalanan mengarungi sungai menakutkan. Para peserta juga sempat bercanda dengan tim yang lain termasuk Romo Agung dan Romo Banu serta Skiper (pemandu) juga menjadi sasaran canda kami. Itulah yang membuat pelatihan ini terasa rileks.
Simulasi yang terakhir, peserta harus terjun dari tebing ke air yang arusnya cukup deras dan berenang menuju tepi. Yeni dan Maria adalah yang terakhir melakukannya karena mereka berdua sangat takut, tapi semua bertepuk tangan setelah 2 Wonder Women dari Sragen ini sampai tepi. Di tempat ini simulasi penyelamatan korban juga dilakukan selama 2 hari dan diantara beberapa peserta perempuan hanya Yeni dan Maria yang ikut di hari kedua dan ketakutan itu pun akhirnya telah hilang.
Hebat dan terus berlatih itulah yang disampaikan Tim pemandu ALTECO, PMI dan juga Romo Agung. Akhirnya pelatihan ini selesai Sabtu (24/5) dan peserta dari Paroki Sragen tiba kembali di Gereja Sragen pukul 23.45 WIB
Beberapa tips penyelamatan korban resiko minimum: (1) Menjangkau dari darat. (2) Melempar tali. (3) Mendekati. (4) Lihat kondisi (berenang dan membawa korban)
Kita tidak berharap bajir itu datang, tapi mungkin saja banjir itu datang lagi dan kita sudah siap.(RET/Bg)