Wednesday, June 4, 2008

Wawanhati KARINA KAS dengan sukarelawan Sragen

Paroki Sragen, Lentera - Karitas Indonesia Keuskupan Agung Semarang yang lebih dikenal dengan sebutan KARINA KAS merupakan Gerakan umat yang spontan muncul sebagai keprihatinan terhadap korban gempa bumi, 27 Mei 2006, yang melanda sebagian wilayah D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah. Ketika itu tanggal 28 Mei 2006 Uskup mengundang Rm. Vikjen, Rm Ekonom, Direktur JRS, Rm. Budi Susanto, CRS, Caritas Germany, Rm Vikep, Rm. Riana Prapdi bertemu di Seminari Tinggi untuk segera menanggapi akibat gempa dan pada tanggal 12 Juni 2006, Uskup secara formal menetapkan pembentukan Karitas Indonesia – KAS, yang disingkat KARINA-KAS. Seturut dengan perkembangan yang terjadi KARINA KAS pun juga menangani korban banjir yang terjadi bulan Desember dan awal tahun 2008 lalu di daerah Eks Karesidenan Surakarta termasuk Sragen.

Sedangkan identitas dan peran KARINA-KAS adalah Gerakan yang mengembangkan karya karitatif Keuskupan dalam kerjasama dengan Karina-KWI, Karina-Karina Keuskupan, Caritas Internationalis, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, yang mengangkat martabat manusia, menegakan keadilan, kedamaian dan keutuhan ciptaan. Karina-KAS adalah pelayanan karitatif yang dibentuk oleh Keuskupan Agung Semarang untuk secara nyata ikut ambil bagian dalam penanganan masalah-masalah kemanusiaan dan lingkungan hidup

Hal itu terungkap saat Tim Karina KAS berkunjung ke Paroki Sragen, Selasa (3/5) untuk wawanhati dengan para sukarelawan Karina Posko Sragen yang beberapa bulan lalu sibuk menangani bantuan bagi para korban banjir di Sragen dan sekitarnya. Tim Karina KAS yang datang terdiri dari Romo Riana Prapdi, Romo Agung dan 4 orang team dari Youth Centre. Hadir juga Romo Banu beserta suster dan seorang relawan mewakili Karina Posko Purbowardayan. Pada kesempatan itu mereka memaparkan sejarah, visi - misi serta kegiatan yang telah dilaksanakan KARINA KAS. Mereka pun juga sharing dan tukar pengalaman dengan para sukarelawan dari Paroki Sragen.

Selain Romo FX. Sukendar, dari Posko Sragen hadir para relawan yang berasal dari perwakilan Posko-posko yang ada di Paroki Sragen mulai dari Posko Gereja Paroki hingga Posko di lapangan yakni Posko Gawan, Tenggak, Tangkil, Tangen-Jenar dan beberapa lokasi yang terkena dampak banjir. Masing-masing Posko pun memaparkan kegiatan yang dilaksanakan oleh timnya dalam menangani korban banjir.

Pak Hono mewakili Posko Tangkil melaporkan bahwa wilayah yang dilayani timnya bukan hanya di Tangkil tapi sampai Kedungupit (1500 kk). Jumlah tim 7 orang..Sistem kerja menjadi satu dengan posko yang dibentuk oleh pemerintah tetapi berbeda posko (untuk menghindari kecemburuan).Roh kepedulian ada dan tumbuh di wilayah itu. Pertanian lumpuh total dan masyarakat mengandalkan cadangan dan bantuan yang ada. Jumlah korban lebih dari 10.000 namun masyarakat tidak putus asa juga ketika banjir kedua datang, orang-orang sudah mulai menanam lagi. Masyarakat merasakan perhatian Gereja melalui bantuan yang diberikan melalui KARINA dan kini masyarakat sudah pulih lagi dan seakan sudah melupakan kejadian banjir yang lalu.

Bu Juminten dari Posko Gawan Tenggak mengatakan bahwa dampak bantuan yang diberikan adalah ngalem mengucapkan terima kasih dan memuji Gereja tetapi selalu mengharapkan bantuan terus (Gereja kan punya duit banyak). Masyarakat Gawan menunggu waktu untuk kemudian mulai menanam lagi. Hal ini beda dengan Tangkil yang segera menanam padi walau pun kemudian dilanda banjir kedua. Bantuan tidak cuma dari Karina tapi juga dari daerah dan lembaga lain. Termasuk diantaranya bantuan medis dari Rumah Sakit Tegalyoso Klaten, RS Mardi Lestari Sragebn, RS Brayat Minulya Surakarta dan juga bantuan berupa alat-alat pembersihan, dsb.

Pak Jumadi (Posko Tenggak) menyampaikan akan kurangnya sarana komunikasi, transportasi, dan informasi sehingga menyulitkan Timnya dalam pemberian bantuan. Para korban banjir yang kehilangan pekerjaan, terutama para buruh tani, merupakan yang paling lemah.

Pak Siswanto (Tim PSE Paroki Sragen) juga melaporkan tindakan Emergency yang dilakukan PSE Paroki Sragen waktu banjir adalah dengan menyediakan nasi bungkus sampai 5000 bungkus. Berikutnya, bantuan terus mengalir sampai kewalahan menanganinya.

Pak Jarot (Posko Tangen-Jenar) menceritakan bahwa pemberian bantuan Timnya dimulai setelah banjir agak surut karena sarana transportasi terbatas sementara karena banyak jalan putus, itupun harus memutar. Bpk Camat Tangen setempat terlibat pula dalam pemberian bantuan dari Gereja. Bantuan juga berupa pakaian pantas dan medis mencakup juga daerah yang terisolir. Tanggapan dari warga setempat cukup baik dan umumnya cukup terkesan.

Ellen (Sekretariat Karina Sragen) mengatakan bahwa tim sekretariat Posko sempat mengikuti pelatihan di Gereja Purbowardayan tentang pembuatan data seturut system dari Karina KAS. Ini memudahkan dalam penyusunan data korban banjir. Sekretariat berusaha selalu memperbaharui data/ update per minggu dan juga menerjemahkan dalam bahasa Inggris, termasuk memuat laporan kegiatan pemberian bantuan melalui internet lewat blog Karina Sragen yakni: http://www.karinasragen.blogspot.com

Rosa (Keuangan) mengungkapkan bahwa penyusunan laporan keuangan disesuaikan dengan system dari Karina KAS. Dan, cukup setia dengan hal tersebut. Cukup terbantu dengan jadwal piket di posko Gereja. Lebih dari 40 orang yang terlibat dalam proses keuangan. Terima kasih telah dipercaya untuk menangani keuangan.

Budi (Mewakili peserta Water Rescue Training) mengatakan bahwa Karina KAS telah membentuk Tim Rescue (Penyelamat) untuk menangani para korban bencana alam dan telah mengadakan pelatihan selama 2 hari di Youth Centre dengan peserta dari beberapa paroki. Dari Paroki Sragen sendiri yang mengikuti pelatihan ini ada 6 orang . Harapannya, pelatihan tersebut ditindaklanjuti dalam konteks wilayah yang lebih sempit, terutama Solo dan sekitarnya. Tim Rescue yang terbentuk tersebut bisa membantu jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam

Mewakili Dewan Paroki Sragen, Pak Sudirman mengungkapkan andaikata banjir terjadi setiap tahun, apa yang akan dilakukan? Sebelum waduk Gajahmungkur difungsikan, Sragen cukup akrab dengan banjir dan bantuan yang diberikan seadanya. Karena orang sudah siap dengan banjir, apa yang harus dilakukan sudah tahu. Setelah sekian puluh tahun tidak banjir, banyak orang sudah lupa apa yang harus dilakukan pada saat banjir. Banjir pada Desember tahun lalu cukup mengejutkan bagi warga sekitaran Bengawan Solo. Dengan demikian usaha Gereja (Karina KAS) dan juga kerjasama dengan pihak lain cukup menjawab kebutuhan warga. Hanya saja, banyak manusia sekarang yang selalu mengharap pada bantuan. Merasa diri miskin. Maka, perlu diperhatikan mentalitas seperti itu. Gereja cukup bagus dengan memberi pada waktu emergency saja.

Setelah mendengar berbagai sharing pengalaman dan kesan para relawan, Rm Riana menyampaikan terima kasih atas pengalaman dan juga catatan-catatan yang diberikan. Belajar bahwa pengembangan rasa solidaritas tidak perlu menunggu dari orang lain. Artinya, peristiwa banjir menyadarkan bahwa kita bisa menunjukkan solidaritas. Bantuan yang datang hanya menjadi tambahan semata. Data amat penting! Ini juga berkaitan dengan reksa pastoral di paroki. Jumlah pasti, apa yang dilakukan, seberapa banyak, seberapa sering, apa saja, dsb.. akan sangat mendukung proses kerja dan pemberian bantuan. Demikian juga data mengenai keuangan dan administrasi. Pelayanan yang baik adalah yang terukur, terfokus, terarah. Dan, itu dapat dilihat dari data-data yang dibuat.
Baik kalau menggali kearifan local yang tumbuh yang dapat membantu kita dalam mengurangi risiko bencana. Dan mengembangkan lagi kearifan local tadi untuk disebarkan dalam masyarakat. Memang dibutuhkan kesadaran yang lebih dalam menumbuhkan solidaritas. Banyak hal lain yang bisa disiapkan. Relawan yang kemarin sudah ikut pelatihan akan menjadi relawan yang mudah bergerak. Membantu kemanapun ada bencana di wilayah KAS.
Kesan Gereja kaya: bukan karena banyak uangnya, tetapi karena solidaritasnya. Bantuan bukan dari mereka yang kaya semata, justru sebagian besar karena sumbangan solidaritas mereka yang sederhana yang tergerak hatinya. Terimakasih atas usaha dan segala sesuatu yang telah diberikan untuk bencana banjir Desember lalu.

Rm Agung pun menambahkan bahwa kemampuan kita berjejaring dengan yang lain itu akan banyak membantu dalam bekerja. Ini kesempatan pertama Karina KAS berkeliling dan kulonuwun ke paroki-paroki di

Dalam acara wawan hati ini, Romo Kendar mengungkapkan bahwa kesan dari relawan sendiri sangat bagus, banyak pertanyaan dari setiap tindak lanjut dari KARINA KAS. KARINA KAS bukan satu-satunya pemberi bantuan, tapi hanya sebagai penambah, jadi tidak menutup kemungkinan bagi setiap paroki terutama para donatur untuk membantu penanganan bantuan Masih banyak hal yang bisa kita lakukan bagi mereka yang tersingkir dan juga pengembangan-pengembangan yang lain.(dn)