Wednesday, November 5, 2008

KUNJUNGAN CARITAS JERMAN KE SRAGEN








Sragen (LENTERA) - Selasa, (21/10) Karitas Jerman yang diwakili oleh Karl Amman dan Michael Yuda beserta Tim KARINA KAS berkunjung ke Sragen. Mereka dijemput oleh Tim KARINA Posko Paroki Sragen di Sidoharjo dan langsung menuju ke lokasi daerah yang terkena banjir  pada Desember 2007 lalu yakni di Gawan, Tenggak. Tiba di lokasi rombongan menganalisa daerah bencana banjir dan juga beramah tamah dengan keluarga korban banjir yang menerima bantuan beberapa waktu lalu.

Perjalanan selanjutnya menuju ke daerah Pandak tepatnya di rumah kepala desa Pandak dan beramah tamah dan berdiskusi dengan perangkat desa Pandak dan desa Sribit seputar bagaimana cara menangulangi dan menghadapi bencana banjir baik sebelum, saat terjadi dan sesudah banjir. Perangkat desa akan membuat semacam posko sementara untuk mengantisipasi apabila terjadi bencana yang bersifat dadakan seperti tahun 2007 kemarin.

Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju daerah potensi bencana yang lain yaitu daerah yang terkena bencana tanah lonsor dan merupakan potensi tanah longsor di daerah Sambirejo dan Jenawi, Karang Anyar.

Acara sore harinya pukul 17.00 WIB diadakan pertemuan bersama dengan  para sukarelawan KARINA Sragen bertempat di Aula SMP Xaverius dan dihadiri oleh ±35 orang yang merupakan wakil dari tiap-tiap posko yang ada di Sragen.

Acara dipandu oleh Mas Anton, dari TIM KARINA Pusat. Materi Pengurangan Resiko Bencana alam disampaikan oleh Mas Yudha berdasarkan analisa tentang bencana gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta 27 Mei 2006 kemarin. Sedangkan materi pokok tentang Disaster Preparedness Workshop (Penanggulangan Bencana Alam) disampaikan oleh Mr. Karl Amman (Caritas Jerman)

Mr. Karl Amman juga menjelaskan bahwa Karitas adalah Caritas adalah gerakan sosial gereja yang memberikan respon dan reaksi terhadap bencana alam dan masalah-masalah yang berhubungan dengan narkoba, bencana dan manula. Karl Amman juga mengharapkan kita sigap dan bersiap sebelum bencana itu datang, karena jika kita bisa mengantisipasi maka korban dapat diminimalisir. Selain itu kiuga mampu menjalin relasi dengan berbagai instansi yang ada, misalnya Rumah Sakit, Pemerintahan, karena kita bisa terjun ke lapangan dengan berbagai personel tim dan itu akan sangat membantu sekali dalam evakuasi korban bencana.

Data-data yang masuk ke KARINA adalah data yang akurat yang kemudian akan ditindaklanjuti, jadi jumlah orang, apa saja yang dibutuhkan, bagaimana penyalurannya harus benar-benar akurat sehingga kita bisa menyelamatkan lebih dari yang kita perkirakan.(dn)

Tuesday, October 7, 2008

Rapat Tim Karina Sragen bersama dengan wakil Posko-Posko Daerah

Paroki (LENTERA) – KARINA KAS Posko Paroki Sragen, Minggu (5/10) mengadakan Rapat di ruang pertemuan paroki Sragen dengan agenda pertemuan sosialisasi dan komitmen Tim Karina Sragen, paparan tentang langkah-langkah penanggulangan bencana, pendataan jumlah warga serta pembuatan sarana sosialisasi. Rapat ini menghadirkan koordinator Tim Penanggulangan Banjir Pemerintah Kabupaten Sragen yang diwakili Bp. Pudarwanto dan juga  4 orang Tim SAR HIMALAWU Sragen yang dipimpin Bp. Widodo sebagai narasumber. Sedangkan peserta yang hadir ± 35 merupakan para sukarelawan dari Posko-Posko Karina Sragen yakni dari Posko Gawan, Posko Tenggak, Posko Tangkil dan Posko Paroki. Sebelum rapat ada pemutaran film dokumenter bencana banjir di daerah Sragen tanggal 26 Desember 2007 lalu.

 

Bp. Pudarwanto, Humas Pemerintah Kabupaten Sragen memaparkan tentang bencana tahun 2007. Ia mengatakan bahwa hal yang menyebabkan terjadinya banjir tahun lalu adalah pendangkalan waduk Gajah Mungkur yang memang sudah tidak dapat ditanggulangi lagi. Selain itu juga disebakan curah hujan yang di atas normal dengan waktu yang lama (185 mm selama 2 hari) padahal normal curah hujan adalah 70-90 mm. Akibat dari bencana tersebut banyak masyarakat yang harus menderita karena kehilangan harta benda miliknya.

 

Daerah yang harus diwaspadai ketika terjadi curah hujan tinggi adalah daerah di sekitar bantaran sungai grompol, sungai mungkung, sungai garuda, sungai gambiran, sungai ngrandu, sungai kenatan, dan sungai sawur, yang merupakan anak sungai bengawan solo yang melintasi kota sragen.

 

Ada sekitar 18 kecamatan yang terendam banjir tahun 2007 kemarin, mulai dari Sumberlawang, Gemolong, Tanon, Sukodono, Mondokan, Gesi, Tangen, Jenar, Sambungmacan, Ngrampal, Sragen Kota, Sidoharjo. Bahkan Kedawung dan Sambirejo juga merupakan daerah yang berpotensi untuk terkena bencana.

 

Kerusakan dan kerugian yang dialami warga pada banjir yang lalu antara lain : korban jiwa 5 orang, rumah, ternak, areal pertanian, infrastruktur, jaringan irigasi, dll. Total seluruh kerugian mencapai Rp 234.430.474.064. Tindakan yang diupayakan oleh pemerintah saat ini adalah normalisasi sungai garuda dan sungai mungkung dan perbaikan infrastruktur kota.

 

Sedangkan Tim SAR HIMALAWU yang hadir berbagi sharing tentang aktifitas mereka dalam menangani dan membantu korban banjir dan bencana alam. Mereka juga memberikan cara-cara bagaimana menghadapi dan menangani bencana alam.

 

Bp. A. Haryoto, Ketua Dewan Paroki Sragen yang hadir pada rapat tersebut mengatakan bahwa hal yang perlu diperjuangkan ketika berkomitmen menjadi tim adalah Nilai Kemanusiaan. Untuk membuat organisasi khususnya Tim Penanggulangan Bencana alam seperti KARINA harus memiliki tata nilai yang akan diperjuangkan jelas (dasar teologinya ada), punya Visi nilai kemanusiaan dan Misipra, pas, paska bencana kita berbuat apa? Selain itu juga dilengkapi dengan P3D ( Personalia, Peralatan, Pendanaan, Dokumentasi ). Dan mempunyai programa/rencana kegiatan yang harus dikomunikasikan dengan sosialisasi,surat menyurat,dll)

 

Hasil rapat tersebut menghasilkan rencana kerja KARINA KAS Posko Paroki Sragen yakni rencana kedatangan tamu dari negara donor (Jerman) ke Posko Paroki Sragen tanggal 21 Oktober 2008. Mereka akan mengadakan kunjungan ke posko-posko daerah bersama dengan Tim Paroki termasuk penterjemah serta mengadakan pertemuan dengan seluruh Tim Karina Posko Paroki Sragen

 

Selain itu juga mengagendakan pendataan warga yang berpotensi terkena bencana dari tiap-tiap posko di daerah (Posko Gawan, Tenggak, Tangkil, dan Posko Paroki) dan pengisian struktur organisani dari masing-masing posko. Agenda yang lain pertemuan dengan aparat desa yang diagendakan masing-masing Posko daerah. Yang perlu disapkan Posko daerah adalah jumlah KK yang terkena banjir, jumlah KK miskin di daerah posko dan jumlah KK yang tinggal di bantaran sungai. (dn)

Monday, September 22, 2008

Rapat KARINA KAS Di Paroki Sragen

Sharing Pengalaman Renovasi 8 Rumah Korban Banjir





Paroki Sragen (LENTERA) - Rombongan KARINA Keuskupan Agung Semarang yang terdiri 5 orang dipimpin oleh Romo Agung, Rabu (17/9) berkunjung ke Paroki Sragen. Tujuan mereka datang ke Paroki Sragen untuk menemui Sukarelawan KARINA KAS Posko Paroki Sragen. Adapun agendanya adalah ingin sharing pengalaman program renovasi 8 rumah korban banjir awal tahun lalu di wilayah Tenggak, Sidoharjo dan Gawan, Kecamatan Tanon yang baru saja selesai. Selain itu juga mengadakan pemetaan kebutuhan dan tahapan Disaster Preparedness di wilayah Sragen.


Bp. Titus Puspowitono, salah satu koordinator Renovasi rumah korban banjir memberikan laporan pertanggungjawabannya. Pak Tono mengungkapkan bahwa sebelum melangkah untuk memberikan bantuan untuk renovasi rumah, Tim Karina Posko Paroki Sragen mengadakan survei terlebih dahulu, siapa saja yang layak untuk dibantu dan juga berkoordinasi dengan pihak kelurahan setempat. Selain mendapat bantuan dana dari KARINA KAS untuk biaya rehab rumah, respon dan keterlibatan pihak kelurahan dan masyarakat sekitar sangat baik. Masyarakat antusias bahu-membahu bergotong royong memberikan bantuan baik berupa dana, material maupun tenaganya untuk merenovasi rumah saudara-saudara mereka yang rumahnya hampir roboh terkena dampak banjir awal tahun 2008 lalu.


Para sukarelawan Karina Paroki Sragen dari Posko Gawan dan Posko Tenggak selalu bergantian memantau proses renovasi rumah korban banjir tersebut agar pelaksanaan berjalan dengan lancar hingga selesai. Kepada mereka yang mendapat bantuan, Pak Tono juga selalu menyampaikan bahwa pemberian bantuan ini ikhlas dan sukarela, tanpa pamrih apapun dan tidak ada maksud tertentu.


Sedangkan Ibu Rosa, mengatakan pihaknya selalu berusaha memberikan laporan sesuai dengan kondisi yang ada, sedapat mungkin memberitahu dulu, apakah bisa atau tidak pelaksanaan renovasi rumah tersebut. Kendala yang ada di lapangan juga bervariasi. Laporan administrasi dan keuangan disesuaikan dengan kondisi yang ada, sehingga setiap posko baik di paroki dan daerah sama-sama tahu, transparan dan saling berkoordinasi. Komunikasi yang baik menunjang selesainya program ini dengan baik.


Kendala pada pelaksanaan adalah sulitnya mencari tenaga tukang karena bersamaan dengan banyaknya orang punya kerja, tapi akhirnya semua bisa diatasi dengan keterlibatan para tetangga sekitar yang membantu. Dalam pendisribusian barang dan material dilakukan oleh Posko Tenggak dan Posko Gawan dengan menunjuk Toko Besi Bu Sis di Gawan sebagai penyedia material di Gawan, setelah sebelumnya mengadakan perjanjian kerja sama.


Pada kesempatan itu, Romo Issri juga mengungkapkan bahwa setelah mengadakan kunjungan ke lokasi rumah-rumah yang direnovasi, respon warga baik yang mendapat bantuan maupun warga sekitar sangat positif, mereka merasa senang karena ada yang membantu .


Setelah mendengarkan laporan dan sharing pengalaman dari para surarelawan Karina Sragen, Romo Agung mengajak untuk memikirkan rencana yang bisa kita bangun dan kerjakan dengan dana yang ada. Sambil melihat situasi kondisi awal dan selalu ingin mendengar sharing dari kegiatan yang telah dilaksanakan kemarin. Wilayah Sragen yang cukup luas tentunya tingkat mengalami bencana cukup beragam.


Romo mengajak untuk memikirkan sebuah program yang bentuknya adalah kesiapsiagaan menghadapi bencana (Disaster Preparedness) yang tidak pernah kita tebak.


Melihat pengalaman yang sudah terjadi, KARINA KAS beranggapan bahwa Paroki Sragen cocok untuk diajak bekerjasama menyiapkan langkah-langkah untuk menghadapi bencana alam. Selain sudah ada relawan yang mengikuti pelatihan tim SAR, juga perlunya pembekalan bagi warga untuk menghadapi bencana alam.


Bencana yang rawan terjadi di Sragen aalah banjir, tanah longsor, kekeringan, angin puyuh. Beberapa pemetaan bencana alam yang sering terjadi di Sragen, misal: Daerah sepanjang Sungai Bengawan Solo yang rawan banjir; Seloromo dan Sambirejo tanahnya rawan longsor, di daerah utara sering dilanda kekeringan saat musim kemarau, dsb


Maka kesiapsiaagaan apa yang bisa kita upayakan jika bencana itu benar-benar terjadi. Kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan bencana alam apa saja, perlunya pelatihan/peringatan dini terjadinya banjir. Misal Sukarelawan Posko Gawan & Tenggak yang terlibat sedapat mungkin bisa memberikan himbauan kepada warga untuk mengasitipasi banjir, bisa berupa poster/selebaran himbauan. Selain itu ada keinginan membentuk Tim SAR untuk menghadapi banjir. Kemudian prosentase usia warga perlu diketahui dan yang tahu adalah sularelawan setempat dengan bekerjasama dengan pihak kelurahan. Hal ini diperlukan apalagi mendekati musim penghujan.

Yang pasti untuk menghadapi bencana banjir, yang perlu disiapkan apa saja, kebutuhan apa yang dibutuhkan, mulai kapan kita bergerak jika bencana itu benar-benar datang. (dn)

Wednesday, September 17, 2008

Laporan Renovasi Rumah Korban Bencana Banjir Di Wilayah Kabupaten Sragen


Banjir yang terjadi di Kabupaten Sragen dan sekitarnya pada bulan Desember 2007 dan awal tahun 2008 merupakan yang terbesar terjadi di Sragen setelah banjir yang pernah terjadi di Sragen pada tahun 1966. Curah hujan yang tinggi membuat sungai Bengawan Solo meluap yang mengakibatkan banjir yang besar. Selain terjadi di Sragen, banjir juga melanda di Kota Solo, Ngawi, dan kota-kota di Jawa Timur yang dilalui Sungai Bengawan Solo. Di Kabupaten Sragen banjir melanda di daerah aliran bengawan Solo dan juga anak sungai Bengawan Solo, dari Kecamatan Tanon hingga di Kecamatan Sragen kota.

KARINA KAS melalui Posko Paroki Sragen telah berupaya meringankan beban para korban banjir dengan memberikan bantuan mulai dari sembako, obat-obatan, peralatan sekolah, pakaian, peralatan rumah tangga, peralatan pertanian, hingga bantuan untuk merehap kembali rumah-rumah para korban banjir yang mengalami kerusakan cukup parah akibat banjir. Berikut laporan pelaksanaan renovasi para korban banjir di Tenggak, Kecamatan Sidoharjo dan Gawan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen:


BP. SUGIMIN (45 tahun)


kondisi rumah sebelum direnovasi


rumah sesudah direnovasi

Bp. Sugimin sehari-hari bekerja sebagai buruh tidak tetap atau buruh serabutan, penghasilan pun juga tidak tetap. Ia tinggal bersama istri dan kedua anaknya di Kampung Nyawak RT.02 Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Anak pertamanya saat ini kelas 2 SMEA, sedangkan yang kedua masih kelas 1 SD.


Kondisi awal rumahnya masih bambu ‘gedeg’ terletak di pinggir Sungai Bengawan Solo yang merupakan perbatasan Kecamatan Sidoharjo dan Kecamatan Tanon
Pada bulan Desember 2007, hujan turun begitu deras dan Sungai Bengawan Solo meluap hingga terjadi banjir yang melanda rumah-rumah di sekitar Sungai Bengawan Solo. Rumah Bp. Sugimin pun tak luput dari bencana banjir tersebut. Kondisi rumahnya yang masih berlantai tanah, berdinding bambu sesudah diterjang banjir menjadi miring dan hampir roboh. Bencana banjir tersebut membuat hidupnya makin sulit.


Rumah sebelum direnovasiKARINA KAS melalui Posko Paroki Sragen memberi bantuan sebesar Rp. 5.500.000,- untuk merenovasi dan membangun rumah keluarga Bp. Sugimin,-. Renovasi rumah ini juga mendapat bantuan dari Kepala Desa Tenggak sebesar Rp.500.000,-. Total yang dikeluarkan untuk merehab rumahnya mencapai sekitar Rp. 6.000.000,-. Selain itu, ia juga mendapat sumbangan dana dari keluarga, tetangga sekitar dan donatur lainnya.

Proses renovasi rumahnya membutuhkan waktu sekitar 1 minggu. Hal yang sangat menggembirakan adalah dukungan tetangga-tetangga pak Sugimin (sekitar satu RT) yang menyumbangkan tenaga mereka untuk merenovasi rumah pak sugimin. Para tetangga sekitar beserta keluarga bahu-membahu membantu untuk merenovasi keluarga Bapak Sugimin. Untuk konsumsi para tenaga yang merehab rumah, telah disediakan oleh keluarga Bapak Sugimin.***

Rumah sesudah direnovasiKeterangan : Lampiran sebagai syarat mendapat bantuan adalah FC KTP, FC Kartu Keluarga, Surat Keterangan Kelurahan, FC. Kartu Keluarga Miskin dan FC. Surat PBB.***



BP. TEGUH WIYONO (32 tahun)


Bp. Teguh Wiyono, warga Kampung Metep RT. 11, Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Sehari-hari bekerja sebagai buruh pencari pasir di sungai, penghasilannya tidak tentu. Bersama istri tercintanya ia bekerja untuk menghidupi 2 anaknya yang masih berusia 7 tahun dan 2 tahun.


Pada peristiwa banjir yang terjadi di Kabupaten Sragen, ia menjadi salah satu korban bencana alam tersebut. Rumahnya yang berdinding bambu (gedeg), berlubang-lubang dan berlantaikan tanah terletak di pinggir bengawan Solo. Saat terkena banjir rumahnya hampir roboh.
KARINA KAS melalui Posko Paroki Sragen memberikan bantuan dana sebesar Rp. 4.925.000,- untuk merenovasi rumahnya. Ia pun juga mendapat bantuan dana dari Kepala Desa Tenggak sebesar Rp. 500.000,-. Jika ditotal biaya renovasi rumahnya mencapai sekitar Rp. 9.000.000,- Adapun sisa pengeluaran dari dana pribadi dan keluarga.
Proses merehab rumahnya memakan waktu sekitar seminggu. Selain menggunakan jasa tenaga tukang 4 orang, tetangga satu kampung pun menyumbangkan tenaga mereka untuk pembangunan rumahnya. Untuk konsumsi para tenaga, dikeluarkan dari dana pribadi.
Saat ini rumahnya telah selesai dibangun dengan dinding batako, lantainisasi dan fasilitas MCK. Terima kasih untuk dukungan seluruh pihak dan warga sekitar atas uluran kasihnya kepada keluarga Bp. Teguh Wiyono.***

Lampiran sebagai syarat mendapat bantuan adalah FC KTP, FC Kartu Keluarga, FC Sertifikat Tanah, Surat Keterangan Kelurahan, FC. Kartu Keluarga Miskin dan FC. Surat PBB.



BP. JALAL AGUS SUPRIYANTO (42 tahun)

sebelum direnovasi

sesudah direnovasi

Bersama istri dan 3 anaknya, Bp. Jalal Agus Supriyanto tinggal di Kampung Metep RT. 11, Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Anak pertamanya berusia 20 tahun, anak kedua usia 18 tahun dan yang terakhir usia 16 tahun. Sehari-hari ia bekerja sebagai buruh pasir yang penghasilannya tidak tentu.

Kondisi rumahnya berdinding bambu, lantai tanah dan terletak di pinggir Sungai Bengawan Solo. Saat musibah banjir, rumahnya miring dan juga hampir roboh.

Rumah sebelum direnovasiKARINA KAS melalui Posko Paroki Sragen memberikan bantuan dana sebesar Rp. 4.925.000,- untuk merenovasi rumahnya. Ia juga mendapat bantuan dana dari Kepala Desa Tenggak sebesar Rp. 500.000,-. Jika ditotal biaya renovasi rumahnya mencapai sekitar Rp. 9.000.000,- sisanya dari pengeluaran pribadi dan keluarga.

Sama dengan keluarga Bapak Teguh, iapun juga mendapat bantuan tenaga dari tetangga satu kampung, selain menggunakan jasa 4 tukang. Kondisi rumahnya setelah selesai direhab adalah berdinding batako, lantainisasi dan juga fasilitas MCK. Terima kasih untuk segala dukungan dan perhatian warga sekitar dan kelurahan setempat.***

Keterangan: Lampiran sebagai syarat mendapat bantuan adalah
FC KTP, FC Kartu Keluarga, Surat Keterangan Kelurahan, FC. Kartu Keluarga Miskin dan FC. Surat PBB.


BP. SARBINI (45 tahun)


sebelum di renovasi

sesudah renovasi


Rumah Bapak Sarbini hampir roboh diterjang banjir ketika bencana banjir melanda. Rumahnya yang terletak di pinggir bengawan Solo, tepatnya di Kampung Metep RT. 11, Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo Sragen ini harus dibangun kembali agar bisa didiami kembali oleh keluarganya. Bp. Sarbini dan istrinya sehari-hari bekerja sebagai buruh tani di desanya. Ia mempunyai 1 anak yang sudah berusia 25 tahun. Penghasilannya juga tidak tetap.

Untuk membangun kembali rumahnya KARINA KAS melalui Posko Paroki Sragen memberikan bantuan dana sebesar Rp. 5.500.000,-.
Dari Kepala Desa Tenggak, ia mendapat bantuan dana sebesar Rp. 500.000,- sedangkan biaya lain-lain diusahakan oleh dirinya sendiri dan keluarga sekampungnya. Untuk membangun kembali rumahnya ia menggunakan jasa tukang 2 orang dan dibantu sepenuhnya para tetangga sekitar 25 orang. Sedang konsumsi untuk tenaga, keluarganya yang menyediakan. Pembangunan rumah hingga selesai ini memakan waktu sekitar satu minggu.

Saat terkena banjir, rumah Bp. Sarbini sangat memprihatinkan, sebelumnya rumah hampir roboh, akhirnya dibongkar oleh tetangga sekampung dan dicarikan uang pinjaman untuk biaya perbaikan yang berupa material seperti 8 pengganti tiang, blandar, blandar tepi, dan semua tiang tepi.


Kondisi semula rumah masih berdinding bambu (gedeg) dan lantai tanah. Saat rumah selesai, rumahnya telah berdinding papan, lantainisasi dan kayu diganti semua mulai dari blender hingga tiang. Depan rumahnya juga terdapat teras, di dalamnya ada 3 kamar dan juga ada MCK. Semoga dengan selesainya rumah ini, Bp. Sarbini bisa hidup nyaman dan tetap bekerja normal kembali untuk menghidupi keluarga.***

Keterangan: Lampiran sebagai syarat mendapat bantuan adalah FC KTP, FC Kartu Keluarga, Surat Keterangan Kelurahan, FC. Kartu Keluarga Miskin dan FC. Surat PBB.



BP. KARIYO DIKROMO SUKIYO (86 tahun)




Duda tanpa anak ini sudah tidak bekerja karena lanjut usia. Hal ini mengundang banyak simpati warga sekitar, terutama saat terjadi banjir. Kondisi rumahnya yang beralamat di Dukuh Pilangan, RT. 18 Desa Gawan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen ini awalnya masih sangat sederhana yakni ber­dinding bambu (gedeg), lantai tanah, tanpa MCK tentunya sangat memprihatin­kan saat diterjang banjir.


Pembangunan kembali rumahnya menghabiskan biaya sebesar Rp.11.755.250,-.
Bantuan yang di­sumbang­kan oleh KARINA KAS melalui Posko Paroki Sragen sebesar Rp.5.100.000,-. Para tetangga sekitar dan keluarganya pun secara sukarela meng­himpun dana tambahan yang terkumpul sebesar Rp. 6.655.250,-. Selain itu juga ada sumbangan bahan material berupa pasir 2 rit. Pengerjaan rumah ini menggunakan jasa tukang 6 orang selebihnya dibantu oleh masyarakat sekitar (20 orang) yang bahu-membahu bekerja menyelesaikan rumah kakek ini. Sedangkan konsumsi tenaga disediakan oleh keluarga dan tetangga. Rasa kekeluargaan dan gotong royong benar-benar sangat terasa.

Rumahnya kini telah berdinding tembok, sudah lantainisasi, ada teras dan jendela kanan-kiri. Rumah itu kini benar-benar sudah layak untuk didiami. Terima kasih untuk para donatur dan para tetangga sekitar yang telah mengupayakan pembangunan rumah tersebut.

Keterangan: Lampiran sebagai syarat mendapat bantuan adalah FC KTP, FC Kartu Keluarga, Surat Keterangan Kelurahan, FC. Sertikat tanah.


BP. SUGIYANTO NGADINO (62 tahun)


Bapak 3 anak yang sehari-hari bekerja sebagai Buruh pasir ini bersama istri dan 2 anaknya tinggal di pinggir sungai Bengawan Solo di Dukuh Ngipang RT. 17 Gawan Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen. Anak yang pertama usia 30 tahun telah berkeluarga sendiri. Anak kedua berusia 23 tahun, sedang anak ketiga berusia 9 tahun. Penghasilan Bp. Sugiyanto pun tidak menentu tergantung adanya tawaran pekerjaan padanya.


Kondisi rumah sebelumnya, lantai masih tanah, dinding bambu (gedeg), tanpa jendela dan saat diterjang banjir karena meluapnya Sungai bengawan solo, rumahnya pun miring hampir roboh.

Bantuan yang diberikan oleh KARINA KAS lewat Posko Paroki Sragen sebesar Rp.5.100.000,-, Sedangkan pengeluaran pribadi sebesar Rp. 2.495.250,- sehingga total pengeluaran untuk pembangunan rumahnya sebesar Rp. 7.595.250,-.

Dalam membangun dan merehab rumahnya, ia dan keluarga dibantu oleh para tetangganya, sekitar 25 orang. Proses pembangunan rumah memakan waktu sekitar 10 hari. Kondisi rumah setelah direhab adalah dinding sudah tembok (kotang), kayu diganti baru, sudah lantainisasi, jendela dan pintu baru.


Peran serta para warga sangat besar dalam proses rehab dan pembangunan kembali rumah Bp.Sugiyanto. Tak lupa Bp. Sugiyanto mengucapkan terima kasih kepada para donatur dan seluruh warga.***

Keterangan: Lampiran sebagai syarat mendapat bantuan adalah FC KTP, FC Kartu Keluarga, Surat Keterangan Kelurahan, FC. Sertifikat tanah, FC. Kartu Keluarga Miskin.


BP. HARYANTO (30 tahun)


Keluarga ini tinggal di Dukuh Ngipang RT. 17 Gawan Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen dan bersebelahan dengan Bp. Sugiyanto, karena ia adalah anak menantu Bp. Sugiyanto. Ia tinggal bersama istri dan 2 anak yang berusia 10 tahun dan 7 tahun. Sehari-sehari ia bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan yang tidak menentu.
Kondisi rumah sebelumnya dinding bambu (gedeg), lantai tanah, tanpa jendela dan juga terkena dampak dari bencana banjir karena meluapnya Sungai Bengawan Solo.

rumah sebelum direnovasi

KARINA KAS melalui Posko Paroki Sragen memberikan bantuan dana sebesar Rp.3.725.000,- sedangkan dana swadaya dari pribadi sebesar Rp. 1.595.250,-. Total pengeluaran mencapai Rp. 5.318.250,-

Proses merehab rumahnya memakan waktu sekitar 10 hari. Ia dibantu oleh para warga sekitar. Kondisi rumahnya kini sudah berdinding tembok penuh, berjendela dan akan dilantainisasi.***

Keterangan: Lampiran sebagai syarat mendapat bantuan adalah FC KTP, FC Kartu Keluarga, Surat Keterangan Kelurahan, FC. Sertifikat tanah, FC. Kartu Keluarga Miskin




NY. MITRO UTOMO SUKINEM (73 tahun)


Janda tua tanpa anak yang tinggal di Dukuh Ngipang RT. 16 Gawan Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen ini tidak punya penghasilan karena tidak bekerja lagi. Kondisi awal rumahnya berdinding bambu ‘gedeg’ penuh lubang, tanpa jendela, lantai tanah dan terletak di pinggir sungai bengawan solo. Saat terkena banjir rumahnya hampir roboh dan sebagian hanyut.Bantuan yang disumbangkan oleh KARINA KAS lewat Posko Sragen sebesar Rp.5.500.000,-.

Sedangkan swadaya dari keluarga dan masyarakat sebesar Rp.8.804.250,- sehingga total pengeluaran untuk rehab rumahnya mencapai Rp.14.304.250,-.


Proses pembangunan rumah membutuhkan waktu selama 10 hari dengan menggunakan jasa tukang 5 orang dan sumbangan tenaga oleh masyarakat sekitar dan keluarga. Kini rumahnya sudah bertembok dinding penuh dengan pintu baru dan 2 kamar.***

Keterangan: Lampiran sebagai syarat mendapat bantuan adalah FC KTP, FC Kartu Keluarga, Surat Keterangan Kelurahan, FC. Sertifikat tanah, FC. Kartu Keluarga Miskin.

Terima kasih atas segala kebaikan, kepedulian dan kemurahan hati para donatur yang dengan sukarela telah menyumbangkan bantuan dana bagi saudara-saudara kita yang terkena bencana banjir. Hatur terimakasih juga kami sampaikan kepada Kepala Desa Tenggak, beserta seluruh warga desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo dan juga warga Desa Gawan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen yang dengan sukarela bekerja bahu-membahu, bergotong royong membantu saudara-saudara yang tertimpa bencana banjir. Rasa peduli, dan berbagi tanpa memandang status dan agama telah menjadi bagian hidup hariankita sebagai makhluk sosial ciptaan Tuhan. Semoga Tuhan membalas segala kebaikan hati anda sekalian dan Tuhan senantiasa memberkati kita semua. Amin.***


Reported by:
www.karinasragen.blogspot.com
www.marlist.wordpress.com

Wednesday, June 4, 2008

Wawanhati KARINA KAS dengan sukarelawan Sragen

Paroki Sragen, Lentera - Karitas Indonesia Keuskupan Agung Semarang yang lebih dikenal dengan sebutan KARINA KAS merupakan Gerakan umat yang spontan muncul sebagai keprihatinan terhadap korban gempa bumi, 27 Mei 2006, yang melanda sebagian wilayah D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah. Ketika itu tanggal 28 Mei 2006 Uskup mengundang Rm. Vikjen, Rm Ekonom, Direktur JRS, Rm. Budi Susanto, CRS, Caritas Germany, Rm Vikep, Rm. Riana Prapdi bertemu di Seminari Tinggi untuk segera menanggapi akibat gempa dan pada tanggal 12 Juni 2006, Uskup secara formal menetapkan pembentukan Karitas Indonesia – KAS, yang disingkat KARINA-KAS. Seturut dengan perkembangan yang terjadi KARINA KAS pun juga menangani korban banjir yang terjadi bulan Desember dan awal tahun 2008 lalu di daerah Eks Karesidenan Surakarta termasuk Sragen.

Sedangkan identitas dan peran KARINA-KAS adalah Gerakan yang mengembangkan karya karitatif Keuskupan dalam kerjasama dengan Karina-KWI, Karina-Karina Keuskupan, Caritas Internationalis, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, yang mengangkat martabat manusia, menegakan keadilan, kedamaian dan keutuhan ciptaan. Karina-KAS adalah pelayanan karitatif yang dibentuk oleh Keuskupan Agung Semarang untuk secara nyata ikut ambil bagian dalam penanganan masalah-masalah kemanusiaan dan lingkungan hidup

Hal itu terungkap saat Tim Karina KAS berkunjung ke Paroki Sragen, Selasa (3/5) untuk wawanhati dengan para sukarelawan Karina Posko Sragen yang beberapa bulan lalu sibuk menangani bantuan bagi para korban banjir di Sragen dan sekitarnya. Tim Karina KAS yang datang terdiri dari Romo Riana Prapdi, Romo Agung dan 4 orang team dari Youth Centre. Hadir juga Romo Banu beserta suster dan seorang relawan mewakili Karina Posko Purbowardayan. Pada kesempatan itu mereka memaparkan sejarah, visi - misi serta kegiatan yang telah dilaksanakan KARINA KAS. Mereka pun juga sharing dan tukar pengalaman dengan para sukarelawan dari Paroki Sragen.

Selain Romo FX. Sukendar, dari Posko Sragen hadir para relawan yang berasal dari perwakilan Posko-posko yang ada di Paroki Sragen mulai dari Posko Gereja Paroki hingga Posko di lapangan yakni Posko Gawan, Tenggak, Tangkil, Tangen-Jenar dan beberapa lokasi yang terkena dampak banjir. Masing-masing Posko pun memaparkan kegiatan yang dilaksanakan oleh timnya dalam menangani korban banjir.

Pak Hono mewakili Posko Tangkil melaporkan bahwa wilayah yang dilayani timnya bukan hanya di Tangkil tapi sampai Kedungupit (1500 kk). Jumlah tim 7 orang..Sistem kerja menjadi satu dengan posko yang dibentuk oleh pemerintah tetapi berbeda posko (untuk menghindari kecemburuan).Roh kepedulian ada dan tumbuh di wilayah itu. Pertanian lumpuh total dan masyarakat mengandalkan cadangan dan bantuan yang ada. Jumlah korban lebih dari 10.000 namun masyarakat tidak putus asa juga ketika banjir kedua datang, orang-orang sudah mulai menanam lagi. Masyarakat merasakan perhatian Gereja melalui bantuan yang diberikan melalui KARINA dan kini masyarakat sudah pulih lagi dan seakan sudah melupakan kejadian banjir yang lalu.

Bu Juminten dari Posko Gawan Tenggak mengatakan bahwa dampak bantuan yang diberikan adalah ngalem mengucapkan terima kasih dan memuji Gereja tetapi selalu mengharapkan bantuan terus (Gereja kan punya duit banyak). Masyarakat Gawan menunggu waktu untuk kemudian mulai menanam lagi. Hal ini beda dengan Tangkil yang segera menanam padi walau pun kemudian dilanda banjir kedua. Bantuan tidak cuma dari Karina tapi juga dari daerah dan lembaga lain. Termasuk diantaranya bantuan medis dari Rumah Sakit Tegalyoso Klaten, RS Mardi Lestari Sragebn, RS Brayat Minulya Surakarta dan juga bantuan berupa alat-alat pembersihan, dsb.

Pak Jumadi (Posko Tenggak) menyampaikan akan kurangnya sarana komunikasi, transportasi, dan informasi sehingga menyulitkan Timnya dalam pemberian bantuan. Para korban banjir yang kehilangan pekerjaan, terutama para buruh tani, merupakan yang paling lemah.

Pak Siswanto (Tim PSE Paroki Sragen) juga melaporkan tindakan Emergency yang dilakukan PSE Paroki Sragen waktu banjir adalah dengan menyediakan nasi bungkus sampai 5000 bungkus. Berikutnya, bantuan terus mengalir sampai kewalahan menanganinya.

Pak Jarot (Posko Tangen-Jenar) menceritakan bahwa pemberian bantuan Timnya dimulai setelah banjir agak surut karena sarana transportasi terbatas sementara karena banyak jalan putus, itupun harus memutar. Bpk Camat Tangen setempat terlibat pula dalam pemberian bantuan dari Gereja. Bantuan juga berupa pakaian pantas dan medis mencakup juga daerah yang terisolir. Tanggapan dari warga setempat cukup baik dan umumnya cukup terkesan.

Ellen (Sekretariat Karina Sragen) mengatakan bahwa tim sekretariat Posko sempat mengikuti pelatihan di Gereja Purbowardayan tentang pembuatan data seturut system dari Karina KAS. Ini memudahkan dalam penyusunan data korban banjir. Sekretariat berusaha selalu memperbaharui data/ update per minggu dan juga menerjemahkan dalam bahasa Inggris, termasuk memuat laporan kegiatan pemberian bantuan melalui internet lewat blog Karina Sragen yakni: http://www.karinasragen.blogspot.com

Rosa (Keuangan) mengungkapkan bahwa penyusunan laporan keuangan disesuaikan dengan system dari Karina KAS. Dan, cukup setia dengan hal tersebut. Cukup terbantu dengan jadwal piket di posko Gereja. Lebih dari 40 orang yang terlibat dalam proses keuangan. Terima kasih telah dipercaya untuk menangani keuangan.

Budi (Mewakili peserta Water Rescue Training) mengatakan bahwa Karina KAS telah membentuk Tim Rescue (Penyelamat) untuk menangani para korban bencana alam dan telah mengadakan pelatihan selama 2 hari di Youth Centre dengan peserta dari beberapa paroki. Dari Paroki Sragen sendiri yang mengikuti pelatihan ini ada 6 orang . Harapannya, pelatihan tersebut ditindaklanjuti dalam konteks wilayah yang lebih sempit, terutama Solo dan sekitarnya. Tim Rescue yang terbentuk tersebut bisa membantu jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam

Mewakili Dewan Paroki Sragen, Pak Sudirman mengungkapkan andaikata banjir terjadi setiap tahun, apa yang akan dilakukan? Sebelum waduk Gajahmungkur difungsikan, Sragen cukup akrab dengan banjir dan bantuan yang diberikan seadanya. Karena orang sudah siap dengan banjir, apa yang harus dilakukan sudah tahu. Setelah sekian puluh tahun tidak banjir, banyak orang sudah lupa apa yang harus dilakukan pada saat banjir. Banjir pada Desember tahun lalu cukup mengejutkan bagi warga sekitaran Bengawan Solo. Dengan demikian usaha Gereja (Karina KAS) dan juga kerjasama dengan pihak lain cukup menjawab kebutuhan warga. Hanya saja, banyak manusia sekarang yang selalu mengharap pada bantuan. Merasa diri miskin. Maka, perlu diperhatikan mentalitas seperti itu. Gereja cukup bagus dengan memberi pada waktu emergency saja.

Setelah mendengar berbagai sharing pengalaman dan kesan para relawan, Rm Riana menyampaikan terima kasih atas pengalaman dan juga catatan-catatan yang diberikan. Belajar bahwa pengembangan rasa solidaritas tidak perlu menunggu dari orang lain. Artinya, peristiwa banjir menyadarkan bahwa kita bisa menunjukkan solidaritas. Bantuan yang datang hanya menjadi tambahan semata. Data amat penting! Ini juga berkaitan dengan reksa pastoral di paroki. Jumlah pasti, apa yang dilakukan, seberapa banyak, seberapa sering, apa saja, dsb.. akan sangat mendukung proses kerja dan pemberian bantuan. Demikian juga data mengenai keuangan dan administrasi. Pelayanan yang baik adalah yang terukur, terfokus, terarah. Dan, itu dapat dilihat dari data-data yang dibuat.
Baik kalau menggali kearifan local yang tumbuh yang dapat membantu kita dalam mengurangi risiko bencana. Dan mengembangkan lagi kearifan local tadi untuk disebarkan dalam masyarakat. Memang dibutuhkan kesadaran yang lebih dalam menumbuhkan solidaritas. Banyak hal lain yang bisa disiapkan. Relawan yang kemarin sudah ikut pelatihan akan menjadi relawan yang mudah bergerak. Membantu kemanapun ada bencana di wilayah KAS.
Kesan Gereja kaya: bukan karena banyak uangnya, tetapi karena solidaritasnya. Bantuan bukan dari mereka yang kaya semata, justru sebagian besar karena sumbangan solidaritas mereka yang sederhana yang tergerak hatinya. Terimakasih atas usaha dan segala sesuatu yang telah diberikan untuk bencana banjir Desember lalu.

Rm Agung pun menambahkan bahwa kemampuan kita berjejaring dengan yang lain itu akan banyak membantu dalam bekerja. Ini kesempatan pertama Karina KAS berkeliling dan kulonuwun ke paroki-paroki di

Dalam acara wawan hati ini, Romo Kendar mengungkapkan bahwa kesan dari relawan sendiri sangat bagus, banyak pertanyaan dari setiap tindak lanjut dari KARINA KAS. KARINA KAS bukan satu-satunya pemberi bantuan, tapi hanya sebagai penambah, jadi tidak menutup kemungkinan bagi setiap paroki terutama para donatur untuk membantu penanganan bantuan Masih banyak hal yang bisa kita lakukan bagi mereka yang tersingkir dan juga pengembangan-pengembangan yang lain.(dn)

Thursday, May 29, 2008

Pelatihan Tim Rescue KARINA KAS

Magelang, Lentera – Bencana banjir yang terjadi beberapa waktu lalu telah menggugah ide KARINA KAS membentuk Tim Rescue (Penyelamat) untuk menangani para korban bencana alam tersebut.

Selama 3 hari, mulai Kamis (22/5) hingga Sabtu (24/5) diadakan Training Water Rescue bertempat di Youth Center, Salam Magelang dan Sungai Ello. Peserta pelatihan ini adalah perwakilan dari beberapa paroki yang diundang. Paroki Sragen mengirimkan perwakilannya 8 orang (Yeni, Maria, Giarto, Yayan, Eko, Endarto, Widoyo, Budi).
Adapun Tim Rescue yang dilatih ini diberi nama RET (Respons Emergency Tim). Dari 41 peserta termasuk Romo Agung, Romo Banu dan 1 wartawan Kompas, dibagi lagi menjadi 7 kelompok.

Malam hari para peserta mendapatkan teori rafting (Arung jeram) dan besok harinya harus mensimulasikannya. Kolam ikan Youth Center menjadi tempat simulasi yang pertama. Laju perahu dan kibasan dayung membuat ikan jadi stres, seperti rasa takut yang ada dalam diri para peserta karena siangnya akan melakukan itu di Sungai Ello. Pelampung, helm, dayung sudah dipakai, namun rasa takut itu benar-benar terjadi di mereka harus telentang mengikuti arus menuju perahu yang menunggu sekitar 100 meter. Bukan cuma air yang harus dihadapi tetapi batu-batu besar juga menjadi lawan buat kaki dan pantat. Sejauh 12 Km peserta harus mengarunginya setiap hari.

Setelah naik perahu, mereka mulai mendayung menuju hilir. Beberapa jeram telah dilewati dan ketakutan pun makin besar saat harus mensimulasikan flip (membalik­kan perahu) karena semua awak dan isi perahu terlempar ke air yang pasti membuat mereka minum air. Perahu terbalik di jeram yang arusnya deras dan tersangkut di batu ataup pohon tumbang merupakan tantangan yang beberapa kali harus dialami.

Tapi tidak semua perjalanan me­ngarungi sungai menakutkan. Para peserta juga sempat bercanda dengan tim yang lain termasuk Romo Agung dan Romo Banu serta Skiper (pemandu) juga menjadi sasaran canda kami. Itulah yang membuat pelatihan ini terasa rileks.
Simulasi yang terakhir, peserta harus terjun dari tebing ke air yang arusnya cukup deras dan berenang menuju tepi. Yeni dan Maria adalah yang terakhir melakukannya karena mereka berdua sangat takut, tapi semua bertepuk tangan setelah 2 Wonder Women dari Sragen ini sampai tepi. Di tempat ini simulasi penyelamatan korban juga dilakukan selama 2 hari dan diantara beberapa peserta perempuan hanya Yeni dan Maria yang ikut di hari kedua dan ketakutan itu pun akhirnya telah hilang.

Hebat dan terus berlatih itulah yang disampaikan Tim pemandu ALTECO, PMI dan juga Romo Agung. Akhirnya pelatihan ini selesai Sabtu (24/5) dan peserta dari Paroki Sragen tiba kembali di Gereja Sragen pukul 23.45 WIB

Beberapa tips penyelamatan korban resiko minimum: (1) Menjangkau dari darat. (2) Melempar tali. (3) Mendekati. (4) Lihat kondisi (berenang dan membawa korban)
Kita tidak berharap bajir itu datang, tapi mungkin saja banjir itu datang lagi dan kita sudah siap.(RET/Bg)

Saturday, February 23, 2008

Narrative Report 4


KARINA-KAS
NARRATIVE (ACTION) REPORT 4
January 26 – February 5, 2008


Update news

Although the full-day rain that happened at the end of January 2008 was not damaging enough (January 30, 2008), it made few places like schools and farms were pounded by rain water again. It means we have to give away various kinds of helps to these beneficiaries. Yes, we realize completely about the uncertain weather and climate nowadays and we have worried things like this may come suddenly. Even so, we are well- prepared to overcome such an incident like this in case the disasters strike one more time. But beyond that we actually have been quite optimistic the situation and condition is getting better and better. But God really gives His blessings and gifts for every people because no matter what happens, donations (food and non food) keep coming from everywhere.

TEPAS (Temu Pastoral) meeting of kevikepan Surakarta which was held on January 14-16 2008 became a true blessing for Sragen posko. Salam Parish gave Rp 2,200,000,-. Flocks and Keluarga Kudus Parish Board, Banteng gave funds Rp 8,000,000,-. Interrelationships among us are still continuously attached. A fellow from Chicago United States, gave funds Rp 7,000,000,- through the Sisters of OSF from Brayat Minulyo community and Cilandak Parish (prayers and devotional groups) gave Rp 5,000,000,-. Those amounts of money will be allocated in farms and cattle’s assistance.

These past two weeks Sragen Parish as the one and only posko left now, has distributed packages to more than 30 districts or areas around Sragen. Those places are Klumutan, Masaran, Karanganyar, Tenggak, Gawan, Brangkal, Sragen Lor, Demakan, Krapyak, Sungkul, Pandak, Pondok, Kedung Upit, Mlale, Mageru Kidul, Karangdowo, Ngonce, Newung, Kuyang, Plasan, Ngledok, Sribit, Teguhan, Widoro, Pangle, Gentan, Jenawi, Kecik, Tawangsari, Jenar, Ngelu, Jono, Ngrampal and Tanon. Dropping needs to beneficiaries in these places is still the same as usual which contained food and non food stuffs. Not only giving them the urgent and daily needs but also distributing stuffs that are available in supply room at the church. For example hoes, shovels, sickles, buckets, bamboo baskets, kerosene, tents, boots, frying pans, stoves, candles, wall lamps, oil lamps and so on. Nevertheless rice, instant noodles, sugar, cooking oil, toiletries, clothes, and baby food are the main and basic products to distribute first.
KARINA-KAS itself still sends stuffs continually. But considering the progressive situation and condition, the delivery must be adjusted to its situation and condition as well. On January 29, KARINA-KAS has sent bed sheets (18 pieces), batik cloth/jarik (10 pieces), and clothes (9 boxes, 4 sacks and 6 bags). Meanwhile a fund from KARINA-KAS is given to volunteers’ meal and transportation only. KARINA KWI through Romo Ismartono, SJ sent 11 boxes of clothes for beneficiaries and we have distributed them to the students of Pandak Ementary School together with their parents and families. Furthermore, those clothes are also given away to families who needed most in Jenawi, Gawan and Tenggak.

Challenges and supports

• There are not many volunteers left now. Only several people still working regularly at the church. Most of them are old ones. Young people are lack of enthusiasm in giving their hands. But it is also possible they have no time caused by their own activities at schools or homes.

• These volunteers are really determined and competent in their jobs. They always do every task and duty unhesitatingly. No complaints found in fields considering their work in distributing things even though they had to distribute the packages in many and different places. Every beneficiary got what he or she had deserved.

• Romo FX. Sukendar and Romo FX. Suhanto continuously giving their supports. They both generously shower everyone with blessings and fresh spirit to do all things happily and willingly.


Documentations
To support this action report, we inserted few photos as described below:


One of volunteer’s activity at the church


Blankets distribution in Sribit district


Foods distribution in Tenggak district


Food-loaded truck, ready to distribute


A beneficiary got a tent and a tarpaulin in Teguhan

Reported by Ellen Andaka
Sragen, February 7th, 2008.

Narrative (Action) Report 5

KARINA-KAS
NARRATIVE (ACTION) REPORT 5
February 6 – 23, 2008


Update news

As reported before, the sudden and disastrous flood, whirlwind, landslides and subsiding land in Sragen and 16 districts around it has made many people, foundations, and-or companies giving out their hands to the beneficiaries related to their deep concerns about any kind of difficulties faced by those ones especially in fulfilling their daily needs. Here, Sragen Parish with four other poskos, benefactors from local, KARINA-KAS sub Purbowardayan Parish, and KARINA-KWI actively and continuously keep sending needs. But after some time of course the situation became in excellent progress and benefactors made adjustment regarding to the situation itself.

From the moment these natural disasters were striking seriously, KARINA-KAS stated one-month emergency phase to overcome and take control urgent situation and condition so that all volunteers can work as fast, efficient and effective as possible. And it worked! At the end of January 31st, 2008; the limit time of emergency phase, everything is under control and well-taken care of.

Until today, we have noted down what kind of needs given away, and where the needs were dropped in. From the data record, the needs went to Sungkul (kitchen sets: on February 7), Mageru, Banyuning, Pungkruk (tarpaulins and tents: on February 8 and 9), Tenggak and Gawan poskos (clothes and toiletries: on February 9), Tenggak and Gawan poskos (stationery: on February 11-13), Srawung (food, clothes, toiletries: on February 14), Ngablak Sumber, Pandak (clothes, medicine, milk and blankets: on February 15), Pandak, Sribit (kitchen sets: on February 18), Tenggak and Gawan poskos (kitchen sets: on February 19).

On February 8 KARINA-KAS sub Purbowardayan Parish sent several items as well, which are stationery (2,300 pencils, 480 pens, 1,640 crayons, 840 erasers, 1,370 rulers, 5,000 paper books, 150 elementary school uniforms size 6, 200 uniforms size 8, 150 uniforms size 10 and 30 uniforms size 12). While on February 14 KARINA KAS, again, sent kitchen sets (530 pans, 530 rice steamers and 530 frying pans) continuously on February 15 sent 550 stoves.

The activities are still ongoing. On February 17, Mardi Lestari Foundation/general hospital working together with KARINA-KAS held free medical examination, located in Pandak village. With 3 medical doctors, 10 SFS Sisters, Sragen Parish Board and Rm. FX. Sukendar, the doctors and their assistants served for almost 500 patients. This program started at 7 am and finished at 13 pm.


Challenges and supports

• Everything runs well and on scheduled. Everyone involved here has determination and credibility to do all without complaining; considering how tiring and frustrating this work sometimes.

• Any data and records are made in transparency and accountability whether the incoming or outgoing goods or money are well noted and kept

• Slowly but sure the beneficiaries are able to stand on their feet again. Their lives are back to normal although they still have to keep doing certain efforts to collect their old jobs and possessions.



Documentations

To support this action report, we inserted few photos as described below:


KWI Jakarta’s truck carried a full-loaded cargo, arrived at Sragen Parish


Volunteers unloading and counting the cargo (1)


Volunteers unloading and counting the cargo (2)


Volunteers unloading and counting the cargo (3)


Tool kit distribution in Tenggak (1)


Tool kit distribution in Tenggak (2)


Reported by Ellen Andaka
Sragen, February 23rd , 2008