MENGAPA TERJADI BANJIR
1. Makin berkurangnya daerah resapan air. Karena : pengaspalan jalan/ betonisasi, pemukiman, pembangunan Mall, Apartemen dan gedung-gedung bertingkat lainnya.
2. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi dan peruntukannya.
3. Penggundulan hutan di daerah hulu.
4. Pembuangan sampah sembarangan.
5. Pendangkalan Daerah Aliran Sungai.
STATUS SIAGA BANJIR
Penentuan siaga banjir tergantung dari hasil pemantauan petugas di lapangan terkait dengan jumlah intensitas air hujan yang turun serta terjadinya peningkatan jumlah debit air di masing-masing pintu air yang ada. Ada empat tingkatan siaga banjir : siaga IV, siaga III, siaga II, dan siaga I.
Siaga IV
Bila kondisi air masih dalam keadaan normal, artinya tidak ada peningkatan jumlah debit air secara mencolok.
Siaga III
Hujan yang terjadi menyebabkan terjadinya genangan air di lokasi-lokasi tertentu tetapi kondisinya masih belum kritis dan membahayakan. Meski demikian bila status siaga III sudah ditetapkan, masyarakat sebaiknya mulai berhati-hati dan mempersiapkan segala sesuatunya dari berbagai kemungkinan bencana banjir. Siaga III, penanganannya diserahkan pada masing-masing suku dinas pembinaan mental dan kesejahteraan sosial (Bintal Kesos) di masing-masing wilayah.
Siaga II
Bila wilayah genangan air mulai meluas, maka akan ditetapkan Siaga II, penanggungjawab untuk siaga II ini adalah Ketua Harian Satkorlak Penanggulangan Bencana Provinsi (PBP) yaitu Sekretaris Daerah.
Siaga I
Bila dalam enam jam genangan air tersebut tidak surut dan kritis maka ditetapkan Siaga I. Penanggung jawab penanganan status siaga I langsung ditangan Gubernur.
PERINGATAN BAHAYA BANJIR
Peringatan bahaya banjir bisa disampaikan melalui berbagai cara dengan memanfaatkan media yang ada :
1. Memukul Kentongan
2. Membunyikan Lonceng
3. Pemberitahuan Dengan Pengeras Suara Melalui Masjid/Mushola Atau Balai Desa
4. Membunyikan Sirine Siaran melalui radio/televisi
BAGAIMANA BERSIAP MENGHADAPI BANJIR
1. Mengetahui dan mengenali lingkungan tempat tinggal
2. Mengetahui dan mengenali kapan banjir biasanya terjadi
3. Mengetahui arti masing-masing status bahaya banjir (siaga I-IV) dan tahu apa yang harus dilakukan
4. Sediakan kotak P3K
5. Menyediakan pelampung sederhana dengan memanfaatkan ban-ban bekas
6. Membuat perahu/sampan sederhana
TINDAKAN YANG DILAKUKAN BILA TERJADI BANJIR
1. Selamatkan barang-barang/benda berharga ke tempat aman
2. Evakuasi penduduk ket tempat bebas banjir
3. Segera padamkan aliran listrik di rumah
4. Matikan kompor yang masih menyala
5. Lalukan koordinasi dengan sesama anggota masyarakat
6. Menghubungi pihak-pihak berwenang untuk menanggulangi bahaya banjir
MENGAMANKAN LINGKUNGAN
Lakukan pengamanan swadaya dengan melibatkan anggota masyarakat di lingkungan/lokasi banjir. Pengamanan lingkungan perlu dilakukan karena tidak jarang dalam situasi banjir ada orang-orang yang ingin memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan; mengambil barang-barang yang ditinggal para penghuninya. Karena itu lakukan patroli secara bergantian, terutama bila; rumah-rumah sudah ditinggal; ke lokasi pengungsian.
MEWASPADAI PENYAKIT SETELAH BANJIR
Genangan air berhari-hari menjadi sumber berjangkitnya berbagai penyakit. Diare, demam berdarah, penyakit kulit/gatal-gatal, penyakit mata dan penyakit Leptosperosis adalah beberapa jenis penyakit yang serangkali muncul sebagai dampak ikutan akibat terjadinya banjir.
BILA BANJIR TELAH SURUT, TINDAKAN YANG HARUS DILAKUKAN ADALAH
1. Pencarian dan penyelamatan korban, pemberian bantuan medis
2. Penilaian situasi
3. Penyediaan pangan dan air bersih sementara
4. Pemantauan endemi
5. Penyediaan tempat tinggal/penampungan sementara bagi para korban
6. Bentuk posko koordinasi dan komunikasi
Pesan Layanan Masyarakat ini disampaikan oleh :
KARINA KAS (Karitas Indonesia Keuskupan Agung Semarang)
KARINA Posko Paroki Sragen